Apa itu Fraud Detection

By | April 5, 2022
3,156 Views

Fraud Detection  – Deteksi penipuan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah uang atau harta benda diperoleh dengan alasan palsu. Fraud Detection  diterapkan pada banyak industri terutama perbankan atau asuransi. Dalam perbankan, penipuan mungkin termasuk pemalsuan cek atau penggunaan kartu kredit curian. Bentuk penipuan lainnya mungkin melibatkan kerugian yang berlebihan atau menyebabkan kecelakaan dengan maksud semata-mata untuk mendapatkan ganti pembayaran.

Aksi Fraud yang tidak terbatas dan terus meningkat untuk melakukan penipuan maka pendeteksian bisa jadi sulit dilakukan. Aktivitas seperti reorganisasi, perampingan, pindah ke sistem informasi baru atau menghadapi pelanggaran keamanan siber dapat melemahkan kemampuan organisasi untuk mendeteksi penipuan. Ini berarti teknik seperti pemantauan penipuan secara real-time akan sangat direkomendasikan. Organisasi harus mencari fraud dalam transaksi keuangan, lokasi, perangkat yang digunakan, sesi yang dimulai dan sistem otentikasi.

Teknik Fraud

Fraud – Penipuan biasanya merupakan tindakan yang melibatkan banyak metode berulang; menjadikan pencarian pola sebagai fokus umum untuk deteksi penipuan. Misalnya, analis data dapat mencegah penipuan asuransi dengan membuat algoritma untuk mendeteksi pola dan anomali – anomaly detection

Deteksi Fraud dapat dipisahkan dengan penggunaan teknik analisis data statistik atau artificial intelligence. Untuk penggunaan teknik analisis data statistik meliputi :

  • Menghitung parameter statistik
  • Analisis regresi
  • Distribusi dan model probabilitas.
  • Pencocokan data

Teknik AI yang digunakan untuk mendeteksi penipuan meliputi:

  • Data minning – yang dapat mengklasifikasikan, mengelompokkan, dan mengelompokkan data untuk mencari hingga jutaan transaksi untuk menemukan pola dan mendeteksi penipuan.
  • Neural Newtork – Jaringan saraf yang dapat mempelajari pola tampak mencurigakan, dan menggunakan pola tersebut untuk mendeteksinya lebih lanjut.
  • Machine Learning – Pembelajaran mesin – yang secara otomatis dapat mengidentifikasi karakteristik yang ditemukan dalam penipuan.
  • Pattern Recognition – Pengenalan pola – yang dapat mendeteksi kelas, kelompok, dan pola perilaku yang mencurigakan.
See also  OCR Optical Character Recognition berbasis Machine Learning

Tipe Fraud

Fraud dapat dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai pengaturan. Misalnya, penipuan dapat dilakukan di sektor perbankan, asuransi, pemerintah, dan perawatan kesehatan.

Salah satu jenis penipuan yang umum di perbankan adalah pengambilalihan akun pelanggan, di mana seseorang secara ilegal mendapatkan akses ke rekening bank korban menggunakan bot. Contoh penipuan lain di perbankan termasuk penggunaan aplikasi berbahaya, penggunaan identitas palsu, pencucian uang, penipuan kartu kredit dan penipuan seluler.

Fraud dalam asuransi dapat berupa penipuan pengalihan premi, yaitu penggelapan premi asuransi; atau membebaskan pengadukan, yang merupakan perdagangan berlebihan oleh pialang saham untuk memaksimalkan komisi. Bentuk penipuan asuransi lainnya termasuk pengalihan aset, kompensasi pekerja, kecelakaan mobil, mobil curian atau rusak, dan penipuan kebakaran rumah. Motif di balik semua penipuan asuransi adalah keuntungan finansial.

Penipuan pemerintah adalah melakukan penipuan terhadap agen federal seperti departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, Transportasi, Pendidikan, atau Energi. Jenis penipuan pemerintah termasuk penagihan untuk prosedur yang tidak perlu, biaya yang berlebihan untuk barang-barang yang harganya jauh lebih murah, menyediakan peralatan lama saat penagihan untuk jam baru atau melaporkan jam kerja untuk pekerja yang tidak ada.

Penipuan layanan kesehatan termasuk penipuan obat dan penipuan medis, serta mencakup beberapa penipuan asuransi. Penipuan perawatan kesehatan dilakukan ketika seseorang menipu perusahaan asuransi atau program perawatan kesehatan pemerintah.

Bahkan yang lagi hot yaitu fraud dalam pembelian saham oleh PT. Jiwasraya dan PT. Asabri dengan melakukan manipulasi harga saham. Gagalnya atau setidaknya lemahnya pengawasan yang dilakukan otoritas dalam melakukan deteksi mengakibatkan kerugian yang sangat besar untuk PT. Jiwasraya sekitar 11 T sedangkan PT. Asabri sekitar 22 T seharusnya dengan melakukan fraud detection maka hal tersebut dapat dicegah melalui aktifitas yang tidak masuk akal mengenai transaksi investasi. Misalkan saja sistem akan menolak ketika kedua perusahaan tersebut membeli saham-saham zonk (wajib beli saham blue chip)

See also  Bagaimana Deep Learning membantu menangani COVID-19

Ref: terjemahan https://searchsecurity.techtarget.com/