
Right issue merupakan aksi korporasi perusahaan untuk menambah modal dari investor. Biasanya begitu ada info right issue maka harga saham emiten tersebut mengalami koreksi. Lantas apa yang perlu diperhatikan ketika aksi korporasi tersebut? maka yang paling utama yang harus anda perhatikan adalah, apa tujuan dari right issue tersebut. Mau buat ekspansi atau malah buat nombokin bayar hutang. Kalau buat bayarin hutang ya ogah donk ya. Apalagi kalau saham gorengan dikit2 minta duit sama investor.
Tentang Right Issue Emiten yang lain perlu investor telisik lebih dalam yaitu 1. Valuasi harga pasca right issue. Pernah saya bahas Cara Menghitung Harga Teoritis Saham Pasca Right Issue; 2. Efek dilusi; 3. Siapa pembeli siaganya; dan 4. jenis right issue yaitu HMETD atau tanpa HMETD.
1. Valuasi harga pasca right issue
Contents
Aksi korporasi ini akan melihat harga dari harga pelaksanaan dan harga pasca right issue. Jangan sampai harga tersebut terkesan murah. Biasanya akal-akalan perusahaan/emiten agar harga pelaksanaan right issue terkesan murah yaitu dengan cara menaikan terlebih dahulu harga di bursa. Misalkan sebagai berikut Apa itu Market Capitalization
Sebuah emiten XYZ akan melakukan RI (right issue) dengan informasi awal sebagai berikut
- ekuitas perusahaan saat ini yaitu Rp. 2.3 Triliun
- harga saat ini yaitu Rp. 6000/lembar dengan jumlah saham yang diterbitkan yaitu 850 juta lembar sehingga market kapitalisasi yaitu = 6.000 x 850 juta lembar = Rp. 5,1 Triliun
- sehingga melalui point 1 dan 2 didapatkan PBV nya 5,1 / 2,3 = 2.22 kali
- Sesuai dengan kebutuhan ekspansi perusahaan, maka perusahaan tersebut akan melakukan RI dengan harga pelaksanaan sebesar Rp. 5.500/lembar dengan total lembar saham yang akan diterbikan sebanyak2nya 100 juta lembar saham
Tentu harga Rp. 5.500/lembar dibandingkan dengan saat ini yaitu Rp. 6.000/lembar akan murah donk!
Ok anggap saja perusahaan tersebut tidak mengerek harga nya di bursa tentu akan didapatkan harga teoritis pasca right issue yaitu =
Jika harga Rp. 5.947 menurut investor masih wajar misalkan dengan menghitung ulang PER nya yang masih kecil tentu RI tersebut layak ditebus.
Saham dikerek naik
Nah ada beberapa emiten tertentu yang mengerek harga di pasar sebelum adanya RI, misalkan saja harga naik menjadi Rp. 7.500 lembar maka
tentu harga Rp. 7.289 akan mahal dibandingkan dengan harga sebelum dikerek naik yaitu Rp. 6.000 lembar
Rights Issue Waskita (WSKT), Saham akan Dikerek ke Rp700?
Saham dikerek turun
Untuk saham yang dikerek turun misalkan menjadi Rp. 5.000 /lembar sehingga harga RI nya terkesan mahal di mata investor terutama retail sehingga investor akan membuang barang tersebut. Bayangkan saja harga RI nya adalah Rp. 5.500/lembar tetapi harga pasar saat ini cuman Rp. 5.000/lembar ya mending tidak usah tebus.
Emiten yang seperti ini biasanya berniat mengeksekusi sendiri seluruh saham yang akan diterbitkan untuk menurukan penumpang gelap secara halus.
2. Efek Dilusi
Efek diluasi yaitu berubah komposisi kepemilikan investor ketika tidak menambah modal. Right issue yang betul itu jumlah lembar saham yang akan diterbitkan maksimal 50% dari saham yang telah diterbitkan. Misalkan pada contoh diatas maksimal saham yang diterbitkan yaitu 50% x 850 juta lembar = 425 juta lembar saham yang akan memberikan efek dilusi 50%
Ada emiten tertentu yang akan menerbitkan saham lebih dari 50% artinya nanti saham yang beredar akan semakin banyak menyebabkan harga nya jatuh berantakan karena saking banyaknya bila dihitung per lembar sahamnya kurang dari Rp. 50 perak/lembar tentu harga tersebut tidak lebih mahal dari kertas lembar HVS ukuran 80 gram.
3. Siapa pembeli siaganya
Idealnya adanya aksi korporasi right issue itu ada standby buyer alias pembeli siaga sehingga ketika investor tidak semuanya mengeksekusi haknya akan dibeli oleh pembeli siaga. Nah kocaknya kalau tidak ada pembeli siaga alias dilempar semua ke publik tentu hal ini nggak jelas. Hindari saja emiten yang beginian. http://Catat! Emiten Ricky Harun Mau Rights Issue 5,2 Miliar Saham
4. Jenis right issue yaitu HMETD atau tanpa HMETD
Right Issue tanpa HMTED adalah private placement. Nah ini private placement yang modusnya suka-suka. Apa kalian rela harga pasaran saat ini Rp. 6.000 /lembar tiba-tiba nggak ada kabar angin dan apalagi hujan duit adanya info emiten akan Right Issue tanpa HMTED sehingga modusnya yaitu dengan mengatur harga pelaksanaan yang sangat murah. Misalkan harga cuman Rp. 4.000/lembar. itu emiten kurang ajar namanya. Bayangin sendiri setelah IPO dikerek naik sebesar2nya sampai ke langit, begitu mau private placement harga pelaksanaanya harga dibawah pasar! Masak mau beli dengan harga sangat murah! nggak ngikuti pasaran saat ini
Praktik private placement di bawah harga pasar. Apalagi yang jauh di bawah harga pasar – Mantan Bos Bursa Jadi Penentang Bersuara Lantang, Ada Apa? –
Praktik tersebut sama saja dengan merampok dari investor retail publik dan memasukkannya dalam rantai orang-orang kaya yang mengambil bagian kepemilikan dalam private placement tersebut
Private placement di bawah harga pasar dikritik investor, berikut tanggapan BEI
Untung Rugi Right Issue untuk Investor Retail nah bagaimana menurut kalian? semoga lebih bijak dalam ber investasi